Senin, 17 November 2014

kaidah agama terhadap tugas dan peran manusia

KAIDAH AGAMA TERHADAP TUGAS DAN PERAN MANUSIA

Description: ClickHandler.ashx.png


DI SUSUN OLEH:
ANGGRANI SYAHFITRI
INDAH SARI F
WIDA WIDIAWATI

S1 - KEPERAWATAN B


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 





KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayat, dan anugerah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu dan benar.
Selain untuk memenuhi nilai tugas semester, tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang hakikat manusia dalam islam.
Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada orangtua penulis masing-masing atas bantuan dan dukungannya dalam mengerjakan makalah ini. Terima kasih juga kepada rekan-rekan lainnya yang tak mungkin penulis ucapkan satu per satu karena telah menghibur dan membangkitkan semangat penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini bisa menambah pengetahuan dan menjelaskan pembaca tentang hakikat manusia dalam islam.







BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Manusia hakihatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri manusia terdapat perpaduan antara sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam pandangan Islam, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini. Untuk menjalankan tugasnya manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT. Akal dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya. Dalam hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas timbul beberapa masalah, diantaranya:
  1. Apa pengertian  manusia dalam islam?
  2. Bagaimana hakikat manusia dalam islam?
  3. Bagaimana proses kejadian manusia?













BAB 2
PEMBAHASAN
HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah makhluk paling sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lainya, termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis, Binatang, dan lain-lainnya.
2.1 Pengertian manusia menurut para ahli
  • NICOLAUS D. & A. SUDIARJA
Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang
  • ABINENO J. I
Manusia adalah “tubuh yang berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana”
  • UPANISADS
Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana ataubadan fisik
  • I WAYAN WATRA
Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa 
  • OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
  • ERBE SENTANU
Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dikatakan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain
  • PAULA J. C & JANET W. K
Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinanan.
Pengertian manusia menurut agama islam
Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi Adam.
Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.
Allah selaku pencipta alam semesta dan manusia telah memberikan informasi lewat wahyu Al-quran dan realita faktual yang tampak pada diri manusia. Informasi itu diberi- Nya melalui ayat-ayat tersebar tidak bertumpuk pada satu ayat atau satu surat. Hal ini dilakukan-Nya agar manusia berusaha mencari, meneliti,memikirkan, dan menganalisanya. Tidak menerima mentah demikian saja. Untuk mampu memutuskannya, diperlukan suatu peneliti Alquran dan sunnah rasul secara analitis dan mendalam. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan penelitian laboratorium sebagai perbandingan, untuk merumuskan mana yang benar bersumber dari konsep awal dari Allah dan mana yang telah mendapat pengaruh lingkungan.
Hasil peneliti Alquran yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpuannya bahwa manusia terdiri dari unsur-unsur: jasad, ruh,  nafs, qalb, fikr, dan aqal.
A. Jasad
Jasad merupakan bentuk lahiriah manusia, yang dalam Alquran dinyatakan diciptakan dari tanah. Penciptaan dari tanah diungkapkan lebih lanjut melalui proses yang dimulai dari sari pati makanan, disimpan dalam tubuh sampai sebagiannya menjadi sperma atau ovum (sel telur), yang keluar dari tulang sulbi (laki-laki) dan tulang depan (saraib) perempuan (a-Thariq: 5-7). Sperma dan ovum bersatu dan tergantung dalam rahim kandungan seorang ibu (alaqah), kemudian menjadi yang dililiti daging dan kenpmudian diisi tulang dan dibalut lagi dengan daging. Setelahnia berumur 9 (sembilan) bulan, ia lahir ke bumi dengan dorongan suatu kekuatan ruh ibu, menjadikan ia seorang anak manusia.
Meskipun wujudnya suatu jasad yang berasal dari sari pati makanan, nilai-nilai kejiwaan untuk terbentuknya jasad ini harus diperhatikan. Untuk dapat mewujudkan sperma dan ovum berkualitas tinggi, baik dari segi materinya maupun nilainya, Alquran mengharapkan agar umat manusia selalu memakan makanan yang halalan thayyiban (Surat Al-baqarah: 168, Surat Al-maidah 88, dan surat Al-anfal 69). Halal bermakna suci dan berkualitas dari segi nilai Allah. Sedangkan kata thayyiban bermakna bermutu dan berkualitas dari segi materinya.



B. Ruh
Ruh adalah daya (sejenis makhluk/ciptaan) yang ditiupkan Allah kepada janin dalam kandungan (Surat Al-Hijr 29, Surat As-Sajadah 9, dan surat Shaad 27) ketika janin berumur 4 bulan 10 hari. Walaupun dalam istilah bahasa dikenal adanya istilah ruhani, kata ini lebih mengarah pada aspek kejiwaan, yang dalam istilah Al-Qur’an disebut nafs.
Dalam diri manusia, ruh berfungsi untuk :
1. Membawa dan menerima wahyu (Surat As-Syuara 193)
2. Menguatkan iman (Surat Al-Mujadalah 22)
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa manusia pada dasarnya sudah siap menerima beban perintah-perintah Allah dan sebagai orang yang dibekali dengan ruh, seharusnya ia elalu meningkatkan keimanannya terhadap Allah. Hal itu berarti mereka yang tidak ada usaha untuk menganalisa wahyu Allah serta tidak pula ada usaha untuk menguatkan keimanannya setiap saat berarti dia mengkhianati ruh yang ada dalam dirinya.
C.Nafs
Para ahli menyatakan manusia itu pasti akan mati. Tetapi Al-Qur’an menginformasikan bahwa yang mati itu nafsnya. Hal ini diungkapkan pada Surat Al-Anbiya ayat 35 dan Surat Al-Ankabut ayat 57, Surat Ali-Imran ayat 185. Hadist menginformasikan bahwa ruh manusia menuju alam barzah sementara jasad mengalami proses pembusukan, menjelang ia bersenyawa kembali secara sempurna dengan tanah.
Alquran menjelaskan bahwa, nafs terdiri dari 3 jenis:
1. Nafs Al-amarah (Surat Yusuf ayat 53), ayat ini secara tegas memberikan pengertian bahwa nafs amarah itu mendorong ke arah kejahatan.
2. Nafs Al-lawwamah (Surat Al-Qiyamah ayat 1-3 dan ayat 20-21) dari penjelasan ayat tersebut terlihat bahwa yang dimaksud dengan nafs lawwamah ini adalah jiwa yang condong kepada dunia dan tak acuh dengan akhirat.
3. Nafs Al-Muthmainnah (Surat Al-Fajr ayat 27-30). Nafs muthmainnah ini adalah jiwa yang mengarah ke jalan Allah untuk mencari ketenangan dan kesenangan sehingga hidup berbahagia bersama Allah.
             
2.2 Tujuan penciptaan manusia
Tujuan penciptaan manusia adalah untuk penyembahan Allah. Pengertian penyembahan kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin salam solat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia pada hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik ibadah ritual yang menyangkut hubungan vertical (manusia dengan Tuhan) maupun ibadah sosial yang menyangkut horizontal ( manusia dengan alam semesta dan manusia).
Penyembahan manusia pada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang adil dan baik. Oleh karena itu penyembahan harus dilakukan secara sukarela, karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun pada manusia termasuk pada ritual-ritual penyembahannya. Dalam hal ini Allah berfirman:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyambah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki  supaya mereka member aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah maha pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. (az-Zaariyaat, 51:56-58).
                        Dan mereka telah di perintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan degnan dekimikian itulah agama yang lurus. (Bayinnah, 98:5)
Penyembahan yang sempurna dari seseorang manusia akan menjadikan  dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelola kehidupan alam semesta. Keseimbangan alam dapat terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh. Keseimbangan pada kehidupan manusia tidak sekedar akan menghancurkan bagian-bagian alam semesta yang lain, inilah tujuan penciptaan manusia di tengah-tengah alam.
2.3  Hakikat Manusia
Siapakah manusia? Pertanyaan yang tampaknya sederhana tetapi tidak mudah untuk menjawabnya. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan karena masih banyak orang yang belum mengetahui kebenaran tentang dirinya sendiri.Hal ini menyebabkan perbedaan pemahaman dirinya tentang orang lain berbeda karena pemahaman masing-masing orang masih bersifat subyektif. Pertanyaan tentang siapakah manusia sebenarnya sudah muncul sejak lama. Dari pertanyaan tersebut banyak menghasilkan jawaban-jawaban yang selalu berbeda dan tidak memuaskan dari zaman ke zaman.
Banyak ilmuan dan para filsuf berpendapat tentang siapakah manusia. Namun pendapat mereka juga beragam tidak ada kesamaan, sebab pendapat mereka tergantung pada masing-masing bidang yang mereka tekuni. Akhirnya para ilmuan dan filsuf tidak menemukan kesimpulan yang sama.
Dari pendapat-pendapat mereka dapat disimpulkan bahwa hakikat manusia yang sebenarnya belum bisa dibenarkan karena pendapat mereka bersifat subyektif dan keterbatasan nalar yang mereka miliki. Hal ini yang menyebabkan manusia cenderung hanya dipandang sebagai makhluk yang terdiri dari berbagai unsur, tidak lagi sebagai sosok yang integratif, akibat belum ditemukannya satu definisi yang dapat menggambarkan manusia yang utuh (Nurdin, et. al, 1993:9).
Untuk itu, islam menawarkan konsep yang bisa membantu umat manusia untuk menjelaskan jati diri manusia secara utuh. Dalam islam diajarkan bahwa yang dapat memberikan kejelasan tentang hakikat manusia yang sebenarnya adalah pencipta manusia itu sendiri, yaitu Allah SWT. Karena dalam Qur’an surat Al-Isra’:85 Allah menjelaskan bahwa Sang Penciptalah yang lebih memahami ciptaanNya, sedang manusia walaupun sebagai makhluk yang dalam unsur penciptaanya terdapat ruh Illahi, namun manusia tidak diberi pengetahuan tentang ruh, kecuali sedikit.
2.4 PROSES KEJADIAN MANUSIA MENURUT AL-QURAN
 
  Tahap pertama
    
         Nutfah: yaitu tahap pertama dimulai setelah pembuahan atau minggu pertama. Itu dimulai setelah terjadinya pencampuran air mani

Maksud firman Allah dala surah al-Insan: 2

       "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami (akan mengujinya dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat"

       Menurut Ibn Jurair al-Tabari, asal kata nutfah adalah nutf artinya air yang sedikit yang ada di dalam suatu wadah apakah sumur, tabung dan sebagainya. Sementara kata amsyaj berasal dari kata masyj yang berarti pencampuran

         Berbasis pada makna kata tersebut maksud ayat di atas adalah sesungguhnya Kami (Allah) menciptakan manusia dari air mani pria dan air mani perempuan.

               Dari nutfah inilah Allah menciptakan anggota-anggota yang berbeda, perilaku yang berbeda serta membuat pria dan perempuan. Dari nutfah pria akan terbentunya saraf, tulang dan fakultas, sedangkan dari nutfah perempuan akan terbentuknya darah dan daging.
     
 Tahap Kedua

Alaqah: Tahap pembentukan alaqah adalah pada akhir pekan pertama / hari ketujuh. Pada hari yang ketujuh telor yang sudah dibuahi itu akan tertanam di dinding rahim (qarar makin). Setelah itu Kami mengubah nutfah menjadi alaqah.

Firman Allah yang artinya

"Kemudian Kami mengubah nutfah menjadi alaqah"


                 
                                                
al-Mukminun: 14

         Kebanyakan ahli tafsir menafsirkan alaqah dengan makna segumpal darah. Ini mungkin dibuat berdasarkan pandangan mata kasar. Alaqah sebenarnya suatu benda yang amat seni yang diliputi oleh darah. Selain itu alaqah memiliki beberapa maksud: sesuatu yang bergantung atau melekat pacet atau lintah suatu buku atau benjolan darah.Tingkat alaqah adalah tingkat pada minggu pertama sampai minggu ketiga did alam rahim.

 Tahap Ketiga

Mudghah: Pembentukan mudghah dikatakan terjadi pada minggu keempat. Kata mudghah disebut sebanyak dua kali di dalam al-Quran yaitu surat Al-Hajj ayat 5 dan surah al-Mukminun ayat 14

Firman Allah yang artinya

"Lalu Kami ciptakan darah beku itu menjadi segumpal daging"

al-Mukminun: 14

      Diperingkat ini sudah berlaku pembentukan otak, saraf tunjang, telinga dan anggota-anggota yang lain. Selain itu sistem pernafasan bayi sudah terbentuk.Vilus yang tertanam di dalam otot-otot ibu kini memiliki saluran darahnya sendiri. Jantung bayi itu mulai berdengup. Untuk perkembangan selanjutnya, darah mulai mengalir dengan lebih banyak lagi kesitu untuk memasok oksigen dan nutrisi yang cukup. Menjelang tujuh minggu sistem pernafasan bayi mulai bekerja sendiri.

 Tahap Keempat

IZAM DAN Lahm: Pada tingkat ini yaitu minggu kelima, keenam dan ketujuh adalah tingkat pembentukan tulang yang mendahului pembentukan oto-otot. Bila tulang belulang telah dibentuk, otot-otot akan membungkus rangka tersebut.

Firman Allah yang artinya:

"Lalu Kami mengubahkan pula mudghah itu menjadi izam da kemudiannya Kami membalutkan Izam dengan daging"

al-Mukminun: 14
   
 Janin pada usia 12 minggu

Kemudian pada minggu ketujuh terbentuk pula satu sistem yang kompleks. Pada tahap ini perut dan usus, seluruh saraf, otak dan tulang belakang mulai terbentuk. Bersamaan dengan itu sistem pernapasan dan saluran pernafasan dari mulut ke hidung dan juga ke kantong-paru mulai terlihat. Begitu juga dengan organ reproduksi, kalenjar, hati, buah penggang, kandung urin dan lain-lain terbentuk dengan lebih sempurna lagi. Kaki dan tangan juga mulai tumbuh. Begitu juga mata, telinga dan mulut semakin sempurna. Pada minggu kedelapan semuanya telah sempurna dan lengkap.sistem pernafasan bayi mula berfungsi sendiri.

Tahap Kelima

NASY'AH KHALQAN akhar: Pada tahap ini yaitu pada minggu kedelapan, beberapa perubahan lagi terjadi. Perubahan pada tingkat ini bukan lagi embrio tetapi sudah masuk ke tingkat janin.Pada bulan ketiga, semua tulang janin telah terbentuk dengan sempurnanya Kuku-kukunya pun mulai tumbuh. Pada bulan keempat, pembentukan plasenta menjadi cukup lengkap menyebabkan saldo pranatel bayi dalam kandungan hanya untuk menyempurnakan semua anggota yang sudah ada. Meskipun perubahan tetap berlaku tetapi perubahannya hanya pada ukuran bayi saja.
Janin mendapat makanan melalui plasenta

Tahap Keenam
NAFKHUR-RUH: Yaitu tingkat peniupan roh. Para ulama Islam menyatakan kapan roh ditiupkan ke dalam jasad yang sedang berkembang? Mereka hanya sepakat mengatakan peniupan roh ini terjadi setelah empat puluh hari dan setelah terbentuknya organ-organ tubuh termasuk organ seks. Nilai kehidupan mereka telah dimulai sejak di alam rahim lagi. Ketika di alam rahim perkembangan mereka bukanlah proses perkembangan fisik semata tetapi telah memiliki hubungan dengan Allah melalui ikatan kesaksian sebagaimana yang disebutkan oleh Allah di dalam al-Quran surah al-A'raf: 172. Dengan ini entitas roh dan jasad saling bantu membantu untuk meningkatkan martabat dan kejadian insan disisi Allah swt





BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan berbagai aspek yang telah kami bahas, maka kami dapat menyimpulkan bahwa hakekat manusia dalam pandangan islam yaitu sebagai khalifah di bumi ini. Yang mampu merubah bumi ini kearah yang lebih baik. Hal yang menjadikan manusia sebagai khalifah adalah karena manusia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki makhluk lainnya, seperti akal dan perasaan. Selain itu manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang paling baik, ciptaan Allah yang paling sempurna.





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar